Kamis, 05 November 2009

Pentingnya Bahasa Indonesia

Saya masih ingat kala suatu kali mengikuti pelajaran bahasa Indonesia saat masih di bangku sekolah dulu, nilai tes saya nyaris tak bersisa. Penyebabnya ternyata adalah kalimat yang saya tulis tidak berarturan tanda bacanya. “Ini bisa menyebabkan salah pengertian kalau dibaca orang lain”, ucap guru tersebut dengan tegas ketika saya tanya penyebabnya. Dan saya hanya mengangguk mengakui kesalahan.

Mungkin itulah sebabnya beberapa hari lalu pikiran saya terusik kala menerima isi email yang penempatan awal kata kurang tepat dan kemudian saya tuangkan dalam tulisan blog ini. Bahasa tulisan memang dapat dengan mudahnya dimaknai berbeda oleh orang lain. Dan untunglah kita yang memiliki bahasa pemersatu –Bahasa Indonesia –sebagai alat komunikasi antar daerah dan budaya yang berbeda-beda dalam beragam aktifitas keseharian.

Namun demikian, beberapa kali saya mengeryitkan dahi ketika membaca media cetak maupun media online nasional yang ternyata kurang menghargai bahasa Indonesia. Dengan dalih untuk memudahkan komunikasi dengan pembaca, beberapa media menggunakan kata-kata pasar yang tidak baku dalam tulisannya yang mungkin bertujuan untuk lebih mudah mendekati gaya tutur pembaca.

Jika dugaan saya itu benar, hal ini amat disayangkan. Pasalnya sebuah media berita baik cetak maupun online dalam skala nasional perlu berhati-hati menggunakan bahasa pasar karena tidak semua orang yang berada di daerah mengerti arti kata yang dimaksud. Misalnya, mungkin saja untuk beberapa daerah di Pulau Jawa kata yang digunakan dalam bahasa sehari-hari dimengerti orang banyak, namun belum tentu sama halnya dengan yang berada di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, atau Papua yang begitu jauh jaraknya dari Pulau Jawa. Dan begitupun sebaliknya.

Dan hal inipun berlaku terutama dalam acara resmi kenegaraan. Jangan sampai seorang pemimpin negara atau pejabat negara menggunakan bahasa pasar atau bahasa daerah yang tidak tepat apalagi menggunakan bahasa asing yang padanan katanya ada dalam bahasa Indonesia. Sebab dikhawatirkan seperti pepatah yang mengatakan “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, perbuatan tersebut diikuti oleh masyarakat luas dan menimbulkan efek negatif dikemudian hari. Karena kalau bukan kita sebagai bangsa Indonesia yang mebiasakan diri, menghargai, dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berkomunikasi sehari-hari, lalu siapa lagi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar